Beberapa waktu lalu saya bertemu dan ngobrol sedikit lebih lama dari biasanya dengan seorang senior. Kami memang jarang bertemu karena tidak pernah sekelas. Dirinya juga belum lulus karena pernah mengambil cuti satu atau dua semester, saya tidak ingat. Sebelum dia cuti, kami sempat akrab. Bukan berarti sekarang tidak. Dan obrolan pun mengalir, sampai pada pertanyaan…….
“Gimana TA-nya?”
“Masih proposal, planing sembilan semester.” Jawabku
“Ambil apa?”
“Transport.”
Mulai dari sini dahinya sekilas berkerut sedikit. Sedikit sekali dan sekilas. Senyum tipis namun kecut juga sepintas terurai dari rautnya. Kenapa? Kenapa semua orang kecuali rekan-rekan di Perhubungan selalu mengangap kami yang mengambil TA Perhubungan dan mungkin Manajemen Konstruksi selalu dianggap sebelah mata? Mungkin karena satu matanya sedang sakit.
Yah…selam ini, Perhubungan dan MK di Teknik Sipil masih menjadi kelas bawah. Gak keren. Kecengan (bahasa mana ini ya). Mereka menganggap kedua bidang lebih mudah dari bidang-bidang lainnya. Gak perlu mikir asal rajin. Para mahasiswanya juga kebanyakan merupakan mahasiswa bawahan yang lulus diatas 8 semester dengan IP yang juga kebanyakan tidak sampai 3. Tapi, semua yang anda lihat belum tentu benar. Semua yang anda tahu tidak selalu tepat seperti yang anda duga.
Saya tidak setuju jika dikatakan kedua bidang lebih mudah pengerjaannya. Tidak setuju saya lebih karena bidang lain juga mudah pengerjaannya. Jadi sama-sama mudah jika sang pekerja sudah meniatkan intens di sana. Semua sudah ada aturannya. Tinggal membuat metodenya. Lalu kerjakan semua. Apakah karena lebih banyak rumus dan lebih rumit pengerjaan menjadikan Sruktur, Bahan, Hidro, dan Tanah menjadi lebih sulit dari MK dan Perhubungan? Tergantung setiap orang bagaimana melihatnya.
Harus diakui, dua bidang yang sedang kita bahas sering menjadi langganan mahasiswa yang ingin cari gampangnya saja. Cepat lulus dan segera meninggalkan kampus. Tapi tidak semua seperti itu. MK misalnya, mereka yang di sana memang senang dengan manajemen. Mereka senang me-manage, karena itu mereka cinta bidang mereka. Pun begitu dengan Perhubungan…..
Saya dan beberapa rekan di Perhubungan juga begitu. Kami cinta Transport. Kami hobi jalan-jalan. Di Surabaya, keluar Surabaya, lintas daerah, lintas propinsi. Kami senang jalanan, kami senang lalulintas. Wisata kami bandara, stasiun, terminal, jambatan. Ideologi kami disiplin di jalan. Obrolan kami kesalahan-kesalah transportasi Indonesia dan kecanggihan transportasi massal Singapur, Malaysia, Jepang, Eropa, sampai Curritiba dan Bogota. Yeh…we love transport.
Inilah ladang jihad kami. Jihad melawan segala bentuk kemacetan, kerusakan jalan, ketidakdisiplinan pengendara, kejenuhan penumpang angkutan masal, dan kesemrautan transportasi kota dan regional. Kami tidak gengsi berada di bidang ini meski tidak begitu jelas akan ke mana kami nanti. Setidaknya kami tidak seperti mereka yang hanya ikut-ikutan pasar menjaga gengsi atau agar dianggap lebih keren sedikit. Begitulah….sedikit.
***
“TA-mu tentang apa?” tanya senior saya tadi
“Traffic, analisa dan perencanaan ini..ini….dan itu. Begini…begini..dan begitu.”
“Oh….Cuma gitu?!”
“yah…Cuma gitu.” jawabku biasa saja………….mungkin karena sudah biasa.
hmm.. iya iya.. benar2 g simpatik tuh senior..
kalo aq sih mikirnya g sulit2, ngapain mikirin kata2 orang kyk gitu..
gini deh, kalo ada yg bilang “yg ambil TA perhub n menkon tuh males2 atau bodo2”, pasti dia g pernah diajar ataupun ngobrol sama p.putu, bu farida, p.anak agung, p.himawan, dan dosen2 perhub n menkon lainnya..
mereka lho orang2 hebat (i think) dan cerdas.. pun bisa menyampaikan materi dgn jelas..
g ada yg salah ketika kita milih kedua jurusan ini.. malah kata mertuaq di adhi karya skrg banyak dicari lulusan menkon karna bisa menangani masalah kontrak internasinal n masalah aspek legal-nya..
vivat perhubungan dan menkon (dan struktur dan hidro dan bahan dan tanah) !!! ^^
makanya beliau malah seneng aq ambil TA menkon ^^
@tsabita
Siiiipppp mbak…
Vivat Perhubungan and Mankon
Vivat Sipil deh……….
hoo curitiba tu terkenal to. temen saya ada yang dari sana, dia pernah cerita kalo jalan dari sub-urban ke urban dibedain sama jalan dari urban ke sub-urban, ga kaya di kota2 besar di indonesia , jalan yang sama dibagi dua. pemisah jalannya gedung2 bertingkat
@anya
Curritiba itu terkenalnya karena berhasil menerapkan busway/busline. kota ini kota pertama di dunia yang menerapkan, meski yang lebih dikenal itu Bogota.
kalo bedain jalan dari dan ke luar kota, mungkin kalo di surabaya sama seperti jalan Urip n jalan basuki rahmat.
trus kali di belanda gimana??